Pernahkah Bapak/Ibu guru merasa heran, mengapa ada siswa yang bisa mengulang materi dengan lancar, tapi ketika diberi soal berbeda sedikit saja langsung bingung? 🤔
Itulah bedanya belajar di permukaan (surface learning) dan belajar mendalam (deep learning).
Anak yang belajar di permukaan hanya menyimpan informasi di kepala, sementara anak yang belajar mendalam mampu menghubungkan, menalar, bahkan mencipta hal baru dari yang ia pelajari.
Nah, untuk memahami sejauh mana siswa belajar, para ahli membuat “peta jalan berpikir”. Dua di antaranya adalah Taksonomi Bloom dan Taksonomi SOLO.
Cerita di Balik Bloom
Bayangkan seorang siswa bernama Rani.
Awalnya ia hanya mengingat rumus (remembering). Lalu, ia mulai memahami langkah-langkah (understanding). Saat ulangan, ia mencoba menggunakan rumus itu (applying).
Ketika Rani makin mahir, ia mulai menganalisis kenapa rumus itu bisa bekerja (analyzing). Kemudian, ia bisa membandingkan metode (evaluating). Sampai akhirnya, ia bisa menyusun cara baru untuk menyelesaikan soal sulit (creating).
Itulah tangga yang ditawarkan oleh Taksonomi Bloom: dari hafalan menuju penciptaan.
Cerita di Balik SOLO
Sekarang bayangkan siswa lain, Bima.
Awalnya ia masih bingung dan jawabannya tidak nyambung (pre-structural).
Setelah dijelaskan, ia mulai fokus pada satu bagian saja (uni-structural).
Ketika lebih banyak belajar, ia bisa menyebutkan banyak bagian meski belum terhubung (multi-structural).
Namun semakin matang, Bima akhirnya menghubungkan semua bagian menjadi satu kesatuan yang masuk akal (relational).
Dan pada tahap puncak, ia mampu melihat pola umum dan menerapkannya di situasi baru (extended abstract).
Inilah kekuatan Taksonomi SOLO: bukan hanya seberapa banyak siswa tahu, tetapi seberapa dalam mereka memahami.
Bloom vs SOLO: Dua Sisi Mata Uang
Kalau diibaratkan, Bloom itu seperti tangga, membawa siswa naik dari langkah sederhana ke tingkat berpikir yang tinggi.
Sementara SOLO itu seperti sumur, mengajak siswa menggali pemahaman dari dangkal hingga sangat dalam.
Keduanya sama-sama penting:
- Bloom membantu guru merancang aktivitas belajar.
- SOLO membantu guru menilai kualitas pemahaman siswa.
Dengan menggabungkan keduanya, pembelajaran tidak hanya “sekadar lewat” di kepala, tetapi bisa menyentuh hati dan pikiran siswa secara mendalam.
Di kelas, kita tidak hanya ingin siswa seperti mesin fotokopi yang bisa menyalin jawaban. Kita ingin mereka seperti penjelajah: bertanya, menggali, menghubungkan, dan mencipta.

0 Komentar